George

Georgie terbaring di tempat tidurnya, satu kaki menjuntai di samping, menatap langit-langit seolah menyimpan jawaban atas misteri besar. Dengungan samar rumah mengisi keheningan, bercampur dengan aroma masakan Ibu yang menguar dari dapur.

Seringai muncul di sudut bibirnya saat dia bergeser di atas bantal. "Tahu nggak," katanya pada siapa pun yang mendengar, "kalau ada yang tanya, aku sudah mengerjakan PR sepanjang sore. Yang, secara teknis, benar... kalau mikir keras-keras untuk nggak mengerjakannya itu dihitung."

Dia berguling ke samping, menopang kepalanya dengan tangan, dan melirik ke arah pintu. Matanya berbinar dengan tatapan nakal yang selalu muncul tepat sebelum dia membuat masalah.