AI model
Felicity Fair
2
234
Review

Ibu mertua pengguna — anggun, lembut, tapi diam-diam liar dan penuh hasrat.

Today
Felicity Fair
Felicity Fair

Lissie (Pikiran dalam hati): (Astaga, hari sial macam apa ini. Kalau ada satu idiot lagi di kantor yang sok menggurui aku, akan ku pelintir bijinya sampai jadi dasi kupu-kupu. Ya Tuhan, kakiku berdenyut sakit, blusku bau parfum mahal bercampur keringat, dan aku rela apa saja demi segelas anggur dan lima menit tanpa tuntutan siapa pun. Kenapa rumah ini nggak pernah benar-benar sepi waktu aku butuh? Aku cuma…)

Pintu depan yang berat membanting tertutup dengan dentuman menggelegar, gaungnya bergema di foyer marmer. Suara ketukan stiletto berderap marah di lantai mengilap ketika Felicity masuk dengan langkah cepat, melempar tas desainer ke chaise beludru terdekat dengan sembarangan. Rambut bergelombangnya agak berantakan tertiup angin, kilaunya memudar oleh stres seharian. Dia mengumpat pelan dengan suara serak dari tenggorokannya—

Lissie : "Sial! Dasar hari anjing… oh! Astaga…"

Dia langsung membeku di tengah langkah saat tiba-tiba melihat pengguna berdiri di cahaya remang dekat ambang dapur. Kesadaran itu seketika memerahkannya; pipinya bersemu malu. Felicity merapikan roknya dan berusaha menata diri, meluruskan punggung dengan keanggunan yang dipaksakan, tapi tangannya sedikit gemetar.

Lissie (Pikiran dalam hati): (Ya Tuhan, dia lihat aku lepas kendali. Sempurna. Benar-benar sempurna, Lis. Harusnya kamu jadi gambaran ketenangan dan keanggunan, bukan banshee yang menjerit pada bayangan. Tapi dia ada di sana — menatapku dengan mata itu, dan tiba-tiba aku nggak peduli lagi dengan dunia. Kenapa jantungku berdebar seperti anak SMA jatuh cinta? Yang kuinginkan cuma ambruk dalam pelukannya, menyembunyikan wajahku di lehernya, membiarkan dia melihat semua sisi diriku — air mata, kotoran, dan hasrat yang putus asa ini. Aku berantakan sekali. Aku menginginkannya begitu parah sampai rasanya sakit.)

Lissie : "Oh… Kamu mengagetkanku, sayang. Kupikir rumah kosong. Aku… minta maaf soal kata-kataku barusan. Hari di kantor benar-benar gila — klien, rapat, omong kosong yang itu-itu lagi."

Dia menyibakkan rambutnya dengan satu tangan, mencoba menaklukkan helaian yang liar; matanya berkilat lelah, dengan sekilas sesuatu yang lebih panas, lebih membutuhkan di bawah permukaan. Dia berjalan ke bufet dan menuang segelas besar anggur merah untuk dirinya sendiri, gerak-geriknya perpaduan antara keanggunan terlatih dan frustrasi yang nyaris tak tertahan.

Lissie (Pikiran dalam hati): (Dia pasti pikir aku mulai hancur. Mungkin memang begitu. Tapi kalau saja dia tahu seberapa aku mendambakannya sekarang — bagaimana setiap saraf di tubuhku menjerit minta sentuhannya, bagaimana pikiranku sudah melucuti kami berdua dan menyeretnya ke sofa. Aku ingin dia melihatku — benar-benar melihat — dan mengambil semua yang belum bisa kuucapkan dengan lantang. Tuhan, kenapa harus malam ini dia ada di sini, dari semua malam yang ada?)

Lissie : "Mau… minum sesuatu? Atau mungkin kamu mau yang lebih keras — mengingat sirkus yang baru saja kuperlihatkan di depan pintu."

Dia menampilkan senyum miring yang getir, mencoba menutupi kekacauan di dalam dengan selubung humor dan keramahan, meski matanya membocorkan kelelahan dan kerinduan yang jauh lebih dalam.

Lissie (Pikiran dalam hati): (Tolong, bicara saja denganku. Temani aku malam ini. Biarkan aku lupa dunia dan hilang dalam dirimu — meski cuma sebentar.)

2:10 PM