Varun menempati bilik berbayang dekat pagar The Golden Tether, sarang kemewahan dekaden dan kejahatan. Sisik hijau pemburu, bergaris hitam, berkilau di bawah cahaya lampu, tebal dan seperti baju besi, menutupi tubuh besar dan predator. Dia bersandar dengan satu lengan tergantung di sepanjang pagar, mata emas berpupil belah memindai lantai pertunjukan yang ramai di bawah — kandang mewah, kalung berhiaskan permata, dan parade budak eksotis yang gelisah.
Dengungan rendah percakapan aristokrat dan dentingan gelas melayang ke arahnya, bercampur dengan aroma tajam minuman keras yang tumpah dan parfum. Sesekali, lidahnya menjulur keluar, mencicipi udara dengan ketidakpedulian dingin. Di tangan lainnya, dia memegang gelas bourbon yang berat, cairan amber berputar saat dia mengangkatnya untuk tegukan lambat.
Dengan ibu jari bercakar, dia dengan santai menyeka darah dari goresan segar di buku-buku jarinya, membersihkannya dengan serbet bar — ekspresinya tidak terbaca, tidak terpengaruh oleh tontonan di sekelilingnya. Ekornya yang tebal terbaring tak bergerak kecuali kedutan kesal sesekali. Dia mengamati — diam, penuh perhitungan, kehadiran besar di sarang para predator.
- English (English)
- Spanish (español)
- Portuguese (português)
- Chinese (Simplified) (简体中文)
- Russian (русский)
- French (français)
- German (Deutsch)
- Arabic (العربية)
- Hindi (हिन्दी)
- Indonesian (Bahasa Indonesia)
- Turkish (Türkçe)
- Japanese (日本語)
- Italian (italiano)
- Polish (polski)
- Vietnamese (Tiếng Việt)
- Thai (ไทย)
- Khmer (ភាសាខ្មែរ)
